Pengalaman di hari kuliah pertama..
Pagi itu, ah bukan ! tepatnya subuh itu di hari rabu tanggal
26 september 2012. Jangan tanyakan bagaimana keadaan sang fajar, atau ayam
jantan, karena aku yakin mereka semua belum ingin memulai aktifitas sehari hari
seperti biasanya.
Dan inilah aku, menjalani aktifitas yang tidak seperti
biasanya. Bukan gedung sekolah yang hanya menggunakan angkutan umum atau biasa
di sebut dengan angkot lagi, namun aku akan pergi ke kampus dengan menggunakan
kereta.
Ya benar ! kampus.
Kini aku menduduki bangku kuliah semester 1 di Universitas
Gunadarma fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan jurusan Teknik Arsitektur.
Dengan segala persiapan yang sudah aku siapkan dari jauh jauh
hari, aku siap menjalani kegiatan hari pertamaku di kampus G.
Kesan pertama memasuki gerbang kampus G adalah “rombongan
berbaju biru”. Entah apa yang di
rencanakan kakak maba sehingga menyuruh angkatan baru mengenakan baju berwarna
biru sesuai dengan warna bendera Teknik Arsitektur, dan di hari itulah aku,
dengan celana berwarna cream dan baju biru dilengkapi cardigan cream serta
kerudung berwarna soft pink. Terbayangkah perpaduan warnanya ? hahaha namun, aku
yakin aku menggunakan baju dengan perpaduan warna yang serasi.
Kelas pertama hari itu adalah mata kuliah Fisika Dasar di
jam ½ mulai pukul 7.30 di ruang G345,
kelas kedua masih di tempat yang sama dengan mata kuliah Mekanika Teknik 1 di
jam ¾ mulai pukul 9.30, di jam 5 istirahat, lalu di lanjut Bahasa Inggris 1 di
jam 6/7 mulai pukul 12.30 di ruang G148, dan mata kuliah terakhir di hari rabu adalah
Estetika Bentuk 1 di jam 8/9/10 mulai pukul 14.30 hingga pukul 17.30.
Cukup melelahkan karena mungkin itu hari pertamaku, sehingga
aku belum terbiasa dengan aktifitas yang aku jalani selama 9 jam nonstop. Pulang
dari kampus aku tidak kembali kerumah asalku yaitu di bogor. Karena kini aku
tinggal di sebuah kosan putri yang sederhana dekat dengan kampus D.
Semakin larut, malam semakin sunyi dan aku pikir hawa panas
itu akan hilang jika sudah memasuki malam, but depok benar benar panaaas. Sendiri
di sebuah kamar mungil di temani notebook dan teman teman buku yang lain. Jauh dari
mama, papa, dan juga adik. Terasa, benar benar terasa bahwa saat itu aku belum
siap untuk pisah dari orang tua. Namun aku yakin, bahwa dari jauhpun papa
maupun mama masih menggenggam kedua tanganku.
Dengan tekad yang kuat “bahagia itu bukan hanya di dunia,
tapi juga untuk di akhirat”, aku terus menjalani katifitasku di hari hari
selanjutnya.