Pada proses
perancangan arsitektur, disamping faktor manusia dan kebutuhan akan material bangunan,
faktor iklim juga memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu perancangan
bangunan. Keadaan iklim yang bervariasi di bumi ini menghadirkan gaya, langgam,
sifat dan bentuk arsitektur yang berbeda/beragam.
PEMBAGIAN IKLIM
Pembagian iklim dalam arsitektur sangat
berkaitan dengan faktor kenyamanan (comfort) dalam kaitan interaksi pemakai dan
bangunan.
Dalam hal ini iklim dapat dibagi
menjadi 4 katagori utama, yaitu:
- · Iklim Dingin (sejuk)
Iklim ini ditandai oleh rendahnya panas
dari radiasi matahari akibat sudut matahari yang rendah. Suhu udara rata-rata
15 0C dibawah nol (-60 0 s/d -70 0F) dan sering dibarengi dengan sejumlah besar
hujan. Kelembaban relatif tinggi selama musim dingin.
- · Iklim Moderat (sedang)
Iklim ini ditandai dengan variasi
panas yang berlebihan dan dingin yang berlebihan pula, namun tak begitu kontras.
Suhu rata-rata pada musim dingin 15 0C dibawah nol dan suhu terpanas sekitar 250C.
- · Iklim Panas Lembab
Iklim ini ditandai dengan variasi
panas yang berlebihan serta banyak uap air. Suhu rata-rata diatas 20 0C dengan
kelembaban relatif sekitar 80% - 90%.
- · Iklim Panas Kering
Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan,
kurangnya uap air dan udara kering. Suhu udara rata-rata 25 0C, suhu terpanas
dapat mencapai 45 0C, sedangkan suhu terdingin dapat mencapai 10 0C disertai
dengan kelembaban relatif yang sangat rendah.
Melihat pentingnya pengaruh iklim
dalam perencanaan bangunan, maka perlu untuk melakukan pembahasan yang lebih
khusus tentang iklim.
Pembahasan iklim sebagai sebuah topik
khusus dengan cakupan yang cukup luas ini bertujuan untuk:
1. Memperdalam
pengertian sifat dan tabiat dari ”shelter” atau tempat manusia melakukan
aktivitasnya dalam usaha menanggulangi pengaruh iklim.
2.
Memperdalam
pengertian “lingkungan makro” (macro environment) dengan parameter-parameter
yang mempengaruhi lingkungan tersebut beserta prinsip-prinsip untuk mencapai
“lingkungan mikro” (micro environment) yang sesuai untuk penghuninya.
3. Lebih
memberi keyakinan ilmiah pada bentuk (form) sebagai produk akhir dari karya
arsitektur. Sehingga bentuk dalam arsitektur tidak hanya estetis, tapi juga
logis.
4.
Mempelajari
dan menilai keadaan bangunan yang telah ada
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada
perancangan arsitektur ditinjau dari iklim antara lain :
1.
Orientasi
bangunan terhadap lintasan matahari, angin, dan sistem jalur jalan.
2.
Karakteristik
material bangunan terhadap iklim.
3.
Penerangan
sekeliling bangunan.
4.
Letak,
luas permukaan pada sisi bangunan.
5.
Tinggi
bangunan.
6.
Prosentasi
luasan penghijauan. Kepadatan bangunan.
Sistem Penghawaan
Ada 2 prinsip utama dalam penghawaan
bangunan guna mencapai lingkungan yang sesuai untuk penghuninya, yaitu
penghawaan alam dan buatan. Penghawaan alam pada dasarnya memanfaatkan aliran
angin guna pergantian udara pada ruang dalam bangunan.
Aliran angin dapat
terjadi melalui dua proses, yaitu :
1.
Perbedaan
tekanan pada dua tempat
2.
Perbedaan
suhu udara pada dua tempat
Penghawaan alam pada dasarnya tergantung
pada tenaga angin, maka perancangan penghawaan alam untuk suatu ruangan dalam
merupakan usaha untuk merancang:
1.
Sistem
pembukaan
2.
Luas
pembukaan
3.
Letak
pembukaan
Sedangkan aliran udara di luar sebelum
masuk ke dalam ruangan sangat dipengaruhi oleh :
1.
Sistem
lay out kelompok bangunan
2.
Sistem
orientasi utama bangunan
3.
Elemen
lansekap
Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka denganjarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi silang.
A.
Ventilasi Silang
Ventilasi silang ialah penghawaan
dalam ruangan melalui dua lubang ventilasi yang saling berhadapan. Lubang
pertama untuk masuknya udara sedangkan kedua untuk udara keluar. Penggunaan ventilasi
silang tidak sepenuhnya tergantung pada jumlah pergantian udara di dalam
ruangan, namun lebih tergantung pada kecepatan angin. Kriteria untuk kondisi
ventilasi yang baik ditentukan oleh tipe pemakaian ruang dan iklim setempat.
Untuk mencapai distribusi aliran udara yang baik, maka sebaiknya sudut angin
datang ialah 45 0 – 60 0 terhadap bidang dinding muka. Elemen penangkap angin,
misalnya sirip vertical dapat membantu mempercepat aliran angin ke dalam
ruangan. Hal ini disebabkan adanyabenturan angin yang secara aerodinamika dapat
menghasilkan kecepatan tambahan.
B.
Bentuk Bangunan dan Orientasi
Orientasi bangunan terhadap arah aliran
angin perlu sekali mendapat perhatian, termasuk untuk bangunan tinggi. Hal ini
disebabkan karena pada permukaan yang semakin tinggi kecepatan angin semakin
tinggi pula dan elemen-elemen penghambat angin seperti pohon sudah tak
berfungsi lagi.
Angin bergerak pada umumnya akan mengikuti
kontur permukaan yang melengkung, sudut tajam atau permukaan yang kasar akan
menyebabkan angin menjadi terpisah. Untuk kecepatan angin yang cukup
tinggi/kencang, maka bentuk yang dinamis dan orientasi yang benar perlu sekali
dalam perancangan arsitektur.
C.
Pembayangan Matahari
Pada perancangan bangunan yang
berkaitan dengan panas yang ditimbulkan oleh matahari, perancang sering
memanfaatkan pembayangan sinar untuk mengurangi panas yang diterima oleh
bangunan. Pemanfaatan pembayangan merupakan cara yang efisien untuk mengurangi
beban panas, walaupun hambatan panas dapat dikontrol dengan perancangan luas permukaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pembayangan sinar matahari
adalah:
1.
Mampu
mengontrol hantaran panas
2.
Jumlah
sinar masuk yang diperlukan untuk penerangan malam
3.
Kesilauan
yang terjadi
Sudut pembayangan sinar matahari
berubah pada setiap saat, tergantung pada posisi matahari. Oleh karena itu ada
juga nacam pembayangan, yaitu :
1.
Pembayangan
vertical
2.
Pembayangan
horizontal
3.
Kombinasi
pembayangan vertical dan horizontal
Untuk mendapatkan suatu hasil perancangan
arsitektur yang maksimal terhadap pembayangan sinar matahari, maka
faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
1. Pembayangan
akan lebih efisien apabila berada disebelah luar dari bangunan dibandingkan
dengan sebelah dalam.
2.
Pembayangan
luar efisien apabila mempunyai warna gelap.
3.
Pembayangan
dalam efisien apabila memiliki warna yang lebih terang.
4.
Pemakaian
pembayangan dalam bangunan akan menyebabkan penambahan panas apabila warna
gelap.
5. Pembayangan
matahari sebaignya menggunaikan material yang mempunyai kapasitas thermis yang
rendah, agar cepat dingin setelah matahari terbenam, sehingga tidak merambatkan
panas kedalam bangunan.
6. Pembayangan
matahari tidak selalu sirip vertical dan horizontal atau keduanya bersama,
namun ide self shading juga merupakan suatu potensi rancangan arsitektur,
sehingga bentuk bangunan lebih dapat memberikan arti.
Sumber :
·
Djelantik, Bahan Kuliah, Iklim dan
Arsitektur, Surabaya Reproduksi Arsitektur ITS
·
Setyo Soetiadji Soepadi (1997),
Anatomi Utilitas, Djambatan, Jakarta