Kawasan Jl. Margona Raya Depok merupakan kawasan yang menjadi landmark kota
Depok. Pada Kawasan Jl.Margona Raya Depok ini, setiap orang menuju
ke pusat kota hampir
dipastikan melewati Jl. Margona
Raya Depok. Jl.Margona Raya
Depok cukup strategis karena dapat dicapai oleh segala lapisan masyarakat dari berbagai sarana transportasi. Berbagai kegiatan masyarakat.
Sebagian pedestrian digunakan untuk kegiatan selain pejalan kaki dan masih ada tersisa ruang untuk pejalan kaki. Namun di Jl. Margona Raya Depok terdapat kecenderungan pejalan kaki tidak menggunakan jalur pedestriantersebut untuk sirkulasi dan memilih berjalan di badan jalan dan jalan raya. Adanya berbagai macam masalah tersebutsehingga aktivitas yang
ada tidak berjalan seperti semestinya
Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui
hubungan fungsi dan kenyamanan
jalur pedestrian dan polaperilaku pejalan kaki di Jl. Margona
Raya Depok. Analisis data menggunakan analisis kualitatif yang digunakan untukmenjelaskan hasil
survey yang dilakukan di Jl. Margona Raya Depok dengan hasil
tinjauan pustaka tentang jalurpedestrian.
Hasil penelitian penunjukkan bahwa ternyata jalur pedestrian di Jl. Margona Raya Depok apabila ditinjau dari fungsi dan kenyamanan sudah tidak sesuai lagi dengan teori yang
ada. Hal ini dikarenakan banyaknya
aktivitas lain yangmenggunakan jalur pedestrian tersebut selain untuk aktivitas
berjalan. Jalur pedestrian sebenarnya merupakan ruangterbuka yang seharusnya
digunakan untuk aktivitas berjalan untuk pejalan kaki sehingga
tidak akan merubah pola perilaku pejalan kaki dalam menggunakan jalur pedestrian
tersebut.
KRITIK
TYPIKAL
Definisi
Kritik
Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang
termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik
Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang
dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
Hakikat Metode Kritik Typical
o
Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi
pusat perhatian teoritikus dan sejarawan arsitektur karena desain menjadi lebih
mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada
innovative originals (keaslian inovasi)
o
Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada
kualitas, fungsi (utility) dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah
terstandarisasi dan terangkum dalam satu typologi
o
Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology &
Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G.
Braziller : Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif.
Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu
convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
o
March, Lionel and Philip Steadman (1974), The
Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis
dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan
atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang
sama.
o
Typical Criticsm diasumsikan bahwa ada
konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap
dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik
Elemen Kritik Typical
o
Struktural
(Struktur)
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan
penggunaan material dan pola yang sama.
o
Jenis bahan
o
Sistem struktur
o
Sistem Utilitas dan sebagainya.
o
Function (Fungsi)
Hal
ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang
sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang
sama.
o
Kebutuhan pada ruang kelas
o
Kebutuhan auditorium
o
Kebutuhan ruang terbuka dsb.
o
Form (Bentuk)
o
Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang
eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang
sama pada bangunan lain.
o
Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada
cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
o
Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah
memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa
berikutnya.
Menurut
Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard : Secara simbolis dan
ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan
dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan
dan inspirasi utama manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos
dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol
transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.
Contoh Analisis Bangunan yang
Menggunakan Metode Kritik Typikal
1.
Obyek yang dianalisis : Depok Town Square
Bangunan
pembanding sejenis : Cilandak Town Square
Depok Town Square (Detos)
Cilandak
Town Square (Citos)
Depok
Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan
Margonda Raya, Depok. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk
berbelanja bagi penduduk yang bermukim di Depok.
Cilandak
Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di daerah
Cilandak. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk berbelanja bagi
penduduk yang bermukim di daerah Jakarta Selatan.
Dalam
hal ini Citos merupakan salah satu Town Square pertama yang berdiri di kota
Jakarta dan telah banyak menginspirasi bangunan publik sejenisnya dalam hal
perancangan arsitekturnya. Maka dari itu dengan menggunakan metode kritik
tipikal akan dibandingkan kedua bangunan public sejenis ini dengan parameter
yang disediakan sehingga dapat diketahui apakah Detos sudah memenuhi standar
untuk menjadi sebuah Town Square di kota Depok.
o
Keterangan :
Detos
: Depok Town Square
Citos
: Cilandak Town Square
o
Elemen Struktur :
o
Jenis Bahan;
o
-Detos :
Fasad
bangunan : kaca, beton dan besi
Struktur
: kolom dan balok beton
Plat
Lantai
: keramik marmer
o
-Citos :
Fasad
bangunan : kaca dan beton
Struktur
: kolom dan balok beton
Plat
Lantai
: plat beton dengan finishing cat
Interior
Depok Town Square
Interior
Cilandak Town Square
o
Sistem Struktur
Detos
: kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
Citos
: kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
o
Sistem Utilitas
Detos
: sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac,
listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar.
Citos
: sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac,
listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar hanya saja kebersihan dan
keterawatannya jauh lebih baik dari Detos.
o
Fungsi Bangunan
Detos
: Bangunan komersial yang lebih mengarah ke pusat perbelanjaan. Oleh karena itu
Detos memiliki banyak kios-kios untuk disewakan dibandingkan dengan Citos.
Citos
: Bangunan komersial yang lebih mengarah ke tempat hang-out(berkumpul).
Memiliki banyak cafe dan restoran dengan konsep interior yang baik.
o
Bentuk Bangunan
Detos
: Bentuk bangunan terlihat masif dan perancangannya lebih mengutamakan space
untuk ruang dalam yang luas(memaksimalkan lahan untuk bangunan). Untuk
memberikan efek modern dan asimetris pada fasad diberikan bentukan-bentukan
yang unik dengan menggunakan material yang bervariasi baik warna dan
jenisnya.
Fasad
Depok Town Square
Citos
: Bentuk bangunan memanjang (linier) dan lebih mengutamakan perancangan ruang
terbukanya, perancangan interior terlihat lebih terbuka dan sadar lingkungan
dengan banyaknya teras dan balkon serta awning polikarbonat yang memberikan
pencahayaan alami ketika siang hari.
Fasad
Cilandak Town Square
Kesimpulan
Dari
hasil analisis dengan metode tipikal didapat hasil bahwa bangunan Detos sudah
cukup memenuhi kriteria untuk menjadi bangunan publik berdasarkan cukup
banyaknya hasil yang sama dari parameter yang dijadikan standar. Citos sebagai
bangunan Town Square yang pertama ada di Jakarta telah memberikan inspirasi
bagi Depok Town Square untuk mengadopsi nilai-nilai dalam perancangan sebuah
Town Square. Ada pun yang masih perlu diperhatikan adalah perancangan ruang
terbuka harus diperhatikan agar kesan Town Square semakin terlihat.
Kelebihan Kritik Typikal
o
Desain dapat lebih efisien dan dapat
menggantungkan pada tipe tertentu
o
Tidak perlu mencari lagi panduan setiap
mendesain
o
Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi
baru lagi
o
Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap
kasus yang sama
o
Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan
konteks lain
Kekurangan Kritik Typikal
o
Desain hanya didasarkan pada solusi yang
minimal
o
Sangat bergantung pada tipe yang sangat
standard
o
Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu
type
o
Tidak memeiliki pemikiran yang segar
o
Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan
Akibat yang Ditimbulkan Kritik Typikal
o
Munculnya Semiotica dalam arsitektur, satu
bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe
ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini.
Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk PSEUDO THEORITIC
o
Munculnya Pattern Language sebagaimana telah
disusun oleh Christoper Alexander
o
Banyak penelitian yang mengarah pada hanya
sekadar penampilan bentuk bangunan
o
Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki
keunikan dan bangunan yang bersifat individual.
o
Munculnya satu bentuk tipikal arsitektur yang
eternal dan menguasai daya kreasi perancang
o
Lahirnya periode historis suatu konsep
menjadi sebuah paham yang bersifat kolektif
sumber :
file:///D:/tugas/kritik%20arsitektur/kritik%20typikal.pdf
http://www.depoknews.id/margonda-depok/