BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk semakin meningkat, terutama di daerah
perkotaan seperti Jakarta. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang lebih
baik di perkotaan. Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata
pencaharian terbesar dibandingkan di pedesaan. Mereka juga menganggap bahwa
kehidupan di kota lebih baik daripada di desa. Namun, pada kenyataannya
kehidupan di kota tidak sebaik yang mereka bayangkan.
Selain peningkatan jumlah penduduk, tingkat pengangguran di kota juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya laju urbanisasi di kota-kota besar dan kurangnya lapangan pekerjaan. Penyebab ini mengakibatkan kekecewaan masyarakat desa yang sebelumnya telah menggantungkan harapannya di kota.
Untuk mengurangi tingkat pengangguran di perkotaan, sebaiknya masyarakat pedesaan yang berharap mendapatkan kehidupan yang yang lebih layak di kota lebih berfikir ulang untuk melakukannya. Karena jika hal itu terjadi, bukan mereka saja yang akan merasakan kekecewaan, masyarakat kota sendiripun akan terbebani karena kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik terhambat. Selain itu juga tingkat pengangguran akan semakin meningkat.
Selain peningkatan jumlah penduduk, tingkat pengangguran di kota juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya laju urbanisasi di kota-kota besar dan kurangnya lapangan pekerjaan. Penyebab ini mengakibatkan kekecewaan masyarakat desa yang sebelumnya telah menggantungkan harapannya di kota.
Untuk mengurangi tingkat pengangguran di perkotaan, sebaiknya masyarakat pedesaan yang berharap mendapatkan kehidupan yang yang lebih layak di kota lebih berfikir ulang untuk melakukannya. Karena jika hal itu terjadi, bukan mereka saja yang akan merasakan kekecewaan, masyarakat kota sendiripun akan terbebani karena kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik terhambat. Selain itu juga tingkat pengangguran akan semakin meningkat.
1.2TUJUAN
1.
Memahami pengertian masyarakat perkotaan dan masyarakat
pedesaan
2.
Mengetahui ciri-ciri dari masyarakat
perkotaan dan masyarakat pedesaan
3.
Mengetahui perbedaan antara masyarakat
perkotaan dan masyarakat pedesaan
4.
Mengetahui hubungan yang terjadi antara
masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 MASYARAKAT PERKOTAAN
2.1.1 PENGERTIAN MASYARAKAT
Masyarakat (sebagaiterjemahanistilah society)
adalahsekelompok orang yang membentuksebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),
dimanasebagianbesarinteraksiadalahantaraindividu-individu yang
beradadalamkelompoktersebut. Kata "masyarakat" sendiriberakardari
kata dalambahasa Arab, musyarak. Lebihabstraknya,
sebuahmasyarakatadalahsuatujaringanhubungan-hubunganantar entitas-entitas. Masyarakatadalahsebuah komunitas yang interdependen (salingtergantungsatusama
lain).
Umumnya,
istilahmasyarakatdigunakanuntukmengacusekelompok orang yang
hidupbersamadalamsatukomunitas yang teratur. MenurutSyaikhTaqyuddin An-Nabhani,
sekelompokmanusiadapatdikatakansebagaisebuahmasyarakatapabilamemilikipemikiran,
perasaan, sertasistem/aturan yang sama. Dengankesamaan-kesamaantersebut,
manusiakemudianberinteraksisesamamerekaberdasarkankemaslahatan. Masyarakatsering diorganisasikan berdasarkancarautamanyadalambermatapencaharian.
Pakar ilmu sosialmengidentifikasikanada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, danmasyarakatagrikulturalintensif, yang jugadisebutmasyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggapmasyarakat industri danpasca-industrisebagaikelompokmasyarakat yang
terpisahdarimasyarakatagrikultural tradisional. Masyarakatdapat pula diorganisasikanberdasarkanstrukturpolitiknya:
berdasarkanurutankompleksitasdanbesar, terdapatmasyarakat band, suku, chiefdom, danmasyarakat negara.
Katasociety berasaldaribahasa latin, societas, yang berartihubunganpersahabatandengan
yang lain. Societasditurunkandari kata socius yang berarti teman, sehinggaarti society berhubunganeratdengan kata
sosial. Secaraimplisit, kata society
mengandungmaknabahwasetiapanggotanyamempunyaiperhatiandankepentingan yang sama
dalam mencapai tujuan bersama.
Berikut ini adalah beberapa pendapat para sarjana tentang arti
masyarakat, misalnya:
R. Linton : seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat
adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama,
sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya
dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
M. J. Herskovits : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu
yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
J. L. Gillin dan J. P. Gillin : mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebasiaan, tradisi, sikap dan perasaan
persatuan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
S. R. Steinmentz : seorang sosiolog bangsa Belanda mengatakan, bahwa
masyakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yang meliputi
pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai
perhubungan yang erat ada teratur.
Hasan Sadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau
kecil dari beberapa manusia, yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.
Mengingat definisi-definisi masyarakat tersebut di atas maka dapat
diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut :
a) Harus ada pengumpulan manusia, dan harus
banyak, bukan pengumpulan binatang.
b) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang
lama di suatu daerah tertentu.
c) Adanya aturan-aturan atau undangan-undangan
yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :
Masyarakat paksaan, misalnya : nagara, masyarakat tawanan dan lain-lain.
Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
a) Masyarakat natuur, yaitu masyarakat yang
terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan (horde), suku, (stam), yang
bertalian karena hubungan darah atau keturunan. Dan biasanya masih sederhana
sekali kebudayaannya.
b) Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang
terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya : koperasi,
kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.
2.1.2 SYARAT SYARAT MENJADI MASYARAKAT
- Mematuhi aturan yang
dibuat oleh negara
- Mematuhi hak dan kewajiban
sebagai masyarakat
- Melindungi negara ditempat
masyarakat tersebut bermukim
- Menciptakan lingkungan
yang tentram dan damai
2.1.3 PENGERTIAN MASYARAKAT PERKOTAAN
Masyarakat perkotaan sering
disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada
sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2. Orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang
lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota –
kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan
paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
3. Jalan pikiran
rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa
interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan
daripada factor pribadi.
4. Pembagian
kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata
5. Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada
warga desa
6. Interaksi
yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa
factor pribadi
7. Pembagian
waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan
individu
8. Perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
2.1.4 DUA TIPE MASYARAKAT
Masyarakat mempunyai tipe
seperti berikut :
a. Masyarakat
kecil yang belum kompleks, yaitu masyarakat yang belum mengenal pembagian
kerja, struktur, dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajarisebagai satu kesatuan.
b. Masyarakat
yang sudah kompleks, yaitu masyarakat yang sudah jauh menjalankan spesialisasi
dalam segala bidang, karena ilmu pengetahuan sudah maju, teknologi maju, dan
sudah mengenal tulisan.
2.1.5 CIRI CIRI MASYARAKAT KOTA
1. Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa;
2. Orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau
individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan ,
sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya;
3. Jalan pikiran
rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa
interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan
daripada factor pribadi;
4. Pembagian
kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang
nyata;
5. Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada
warga desa;
6. Interaksi
yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa
factor pribadi;
7. Pembagian
waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan
individu;
8. Perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
2.1.6 PERBEDAAN ANTARA DESA DAN KOTA
Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa dan kota :
- Jumlah dan kepadatan penduduk;
- Lingkungan hidup;
- Mata pencaharian;
- Corak kehidupan sosial;
- Statifikasi sosial;
- Mobilitas sosial;
- Pola interaksi sosial;
- Solidaritas sosial; dan
- Kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional.
2.1.7 HUBUNGAN DESA
DAN KOTA
Masyarakat pedesaan dan perkotaan adalah dua komunitas
yang saling membutuhkan. Di antara keduanya terdapat hubungan yang erat
dan bersifat ketergantungan karena keduanya saling membutuhkan satu sama
lain. Masyarakat kota bergantung pada masyarakat desa dalam memenuhi
kebutuhannya akan bahan - bahan pangan seperti beras, sayur- mayur, daging
dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga pekerja kasar bagi jenis
- jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan untuk bekerja di kota. Mereka
ini biasanya adalah pekerja - pekerja musiman. Pada saat musim tanam,
mereka sibuk bekerja di sawah dan selagi menunggu masa panen, mereka mencari
pekerjaan lain untuk mencari tambahan penghasilan.
Sebaliknya, masyarakat kota menghasilkan barang-barang
yang diperlukan juga oleh masyarakat yang berada di desa seperti pakaian, alat
elektronik, obat-obatan, dan lain sebagainya. Di kota juga tersedia tenaga
kerja yang siap melayani dalam bidang jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat
desa, misalnya saja tenaga - tenaga di bidang medis atau kesehatan, permesinan,
elektronika dan alat transportasi. Serta tenaga yang mampu
memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian,
peternakan ataupun perikanan darat.
Terlepas
dari apakah itu masyarakat desa atau masyarakat kota, yang perlu diperhatikan
adalah kehidupan didalammya yang harus dijalankan dengan toleransi dan
menghargai perbedaan satu dengan yang lainnya. Dikarenakan adat, kebiasaan,
pola interaksi dan tingkat loyalitas antara masyarakat desa dan
masyarakat sangat berbeda. Dengan demikian, kita sebagai masyarakat kota
tidak boleh memandang rendah atau memandang sebelah mata masyarakat desa karena
jika tidak ada masyarakat desa kita tidak dapat memperoleh bahan - bahan yang
penting sebagai penunjang kelangsungan hidup kita.
a. masyarakat tersebut
bukanlah 2 komunitas yg berbeda
b. bersifat ketergantungan
c. kota tergantung desa dlm memenuhi kebutuhan bahan pangan
d. desa jg merupakan tenaga kasar pd jenis pekerjaan tertentu
e. sebaliknya, kota menghasilkan barang dan jasa yg dibutuhkan desa
f. peningkatan penduduk tanpa diimbangi perluasan kesempatan krj berakibat kepadatan
g. mereka kelompok para penganggur di desa
b. bersifat ketergantungan
c. kota tergantung desa dlm memenuhi kebutuhan bahan pangan
d. desa jg merupakan tenaga kasar pd jenis pekerjaan tertentu
e. sebaliknya, kota menghasilkan barang dan jasa yg dibutuhkan desa
f. peningkatan penduduk tanpa diimbangi perluasan kesempatan krj berakibat kepadatan
g. mereka kelompok para penganggur di desa
2.2 ASPEK POSITIF DAN
ASPEK NEGATIF
2.2.1 LIMA UNSUR
LINGKUNGAN PERKOTAAN
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial ,
ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam
komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan
kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan
pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
- Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap
alam sekelilingnya.
- Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
- Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan
dan telekomunikasi.
- Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi,
kebudayaan, dan kesenian.
- Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan,
perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua ,
maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a) Aparatur kota harus dapat menangani berbagai
masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi
kota dan perencanaan kota harus dimilikinya .
b) Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan
pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul
dengan masalah lainnya.
c) Masalah keamanan kota harus dapat ditangani
dengan baik sebab kalau tidak , maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan
masalah baru.
d) Dalam rangka pemekaran kota , harus
ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para
pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah
kabupaten dan sekitarnya.
2.2.2 FUNGSI EXTERNAL
KOTA
Fungsi eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi
dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah dan daerah-daerah yang
dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun nasional.
Fungsi eksternal kota:
1.
Pusat kegiatan politik dan administrasi
pemerintahan wilayah tertentu
2.
Pusat dan orientasi kehidupan social
budaya suatu wilayah lebih luas
3.
Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor
:
•
Produksi barang dan jasa
•
Terminal dan distribusi barang dan jasa.
4. Simpul komunikasi regional/global
5. Satuan fisik-infrastruktural yang terkail
dengan arus regional/global.
Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa
dan kota :
1.
Jumlah dan kepadatan penduduk;
2.
Lingkungan hidup;
3.
Mata pencaharian;
4.
Corak kehidupan sosial;
5.
Statifikasi sosial;
6.
Mobilitas sosial;
7.
Pola interaksi sosial;
8.
Solidaritas sosial; dan
9.
Kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional.
2.3 MASYARAKAT
PEDESAAN
2.3.1 PENGERTIAN DESA
Desa merupakan
perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan kulural yng
terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik
dengan daerah lain.
Pola keruangan desa
bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat
kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan
alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain.
Tingkat penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam bergantung factor
ekonomi, social, pendidikan dan kebudayaan.
2.3.2 CIRI CIRI DESA
1. Menurut
Lowrrey Nelson (ada 16 ciri) :
a. Mata
pencaharian : agraris homogen
b. Ruang
kerja : terbuka, terletak disawah, lading dsb
c. Musim/
cuaca : sgt penting untuk tentukan ms tanam/panen
d. keahlian/
ketrampilan : umum dan merata untuk setiap orang
e. kesaatuan
kerja keluarga : sangat umum
f. jarak
rumah dg tempat kerja : berdekatan
g. kepadatan
penduduk : rendah / sedikit
h. besarnya
kelompok : sedikit / kecil
i. kontak
social : sedikit / pribadi
j. rumah :
tradisional / pribadi
k. lembaga
/ institusi : kecil / sederhana
l. control
social : adapt istiadat, kebiasaan
m. sifat
dari kelompok : bergerak dari kegiatan primer
n. mobilitas
penduduk : rendah
o. status
social : stabil
p. stratifikasi
social : sedikit
2. Menurut
Soerjono Soekanto :
a. Kehidupan
masyarakat sangat erat dengan alam
b. Kehidupan
petani sangat bergantung pada musim
c. Desa
merupakan kesatuan social dan kesatuan kerja
d. Struktur
perekonomian bersifat agraris
e. Hubungan
antar anggota masyarakat desa berdasar ikatan kekeluargaan
f. Perkembangan
social relatif lambat
g. Kontrol
social ditentukan oleh moral dan hukum informal
h. Norma
agama dan adat masih kuat .
3. Ciri-ciri
desa di Indonesia
a. Masyarakatnya
sangat dekat dengan alam
b. Kehidupan
petani sangat bergantung dengan musim
c. Merupakan
kesatuan social dan kesatuan kerja
d. Jumlah
penduduk relative kecil dan wilayah relatif luas
e. Struktur
ekonomi masyarakat dominant agraris
f. Ikatan
kekeluargaan erat
g. Sosial
control ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal/ hk. Adapt
h. Proses
social berjalan lambat
i. Penduduk
berpendidikan rendah
2.3.3 CIRI CIRI MASYARAKAT PEDESAAN
Ciri-ciri masyarakat desa antara lain sebagai
berikut :
1. System
kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar ekelurgaan (paguyuban).
2. Mansyarakat
bersifat homogeny seperti dalam hal mata pencahariaan, agama dan adat istiadat.
3. Diantara
warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bla dibandingkan
dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya.
4. Mata
pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani.
5. Factor
geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat.
6. Jarak
antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.
2.3.4
MACAM MACAM PEKERJAAN GOTONG ROYONG
Umumnya pekerjaan gotong royong sering kita jumpai di
sebuah pedesaan,menjadi hal yang sulit kita temui pekerjaan semacam itu di
daerah perkotaan. Beberapa contoh gotong royong yangterjadi di pedesaan adalah
:
-
Kerja bakti
- Gotong-royong memperbaiki jembatan atau
jalan raya
2.3.5
SIFAT DAN HAKIKAT MASYARAKAT PEDESAAN
Masyarakat
pedesaan mempunyai sifat yang kaku tapi sangatlah ramah. Biasanya
adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku, tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang ramah.
adat dan kepercayaan masyarakat sekitar yang membuat masyarakat pedesaan masih kaku, tetapi asalkan tidak melanggar hukum adat dan kepercayaan maka masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang ramah.
Pada
hakikatnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat pendukung seperti sebagai
petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai PRT atau pekerjaan yang biasanya
hanya bersifat pendukung tapi terlepas dari itu masyarakat pedesaan banyak juga
yang sudah berpikir maju dan keluar dari hakikat itu.
2.3.6 MACAM MACAM GEJALA
MASYARAKAT PEDESAAN
Gejala-gejala
sosial pada masyarakat pedesaan adalah :
1.
Konflik (Pertengkaran)
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
2.
Kontraversi (Pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
3.
Kompetisi (Persiapan)
Sesuain dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri,yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
Sesuain dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri,yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
4.
Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan yang sangat dari para ahli.
Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan yang sangat dari para ahli.
2.3.7 SISTEM BUDAYA PETANI INDONESIA
a)
Para ahli disinyalir bahwa di kalangan petani
perdesaan ada suatu cara berfikir dan mentalitas yang hidup dan bersifat
religo-magis.
Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut :
Para petani di Indonesia di Jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut :
Para petani di Indonesia di Jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
b)
Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu
untuk hidup, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukannya.
c)
Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang),
kurang memperdulikan masa depan, meraka kurang mampu untuk itu.Bahkan
kadang-kadang ia rindu masa lampau, mengenang kekayaan masa lampau (menanti
datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka)
d)
Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila
ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib
diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang
kembali. Mereka cukup saja dengan menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya
usaha untuk menguasainya.
e)
Dan untuk menghadapi alam mereka cukup dengan
hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya
tergantung kepada sesamanya.
2.3.8 UNSUR UNSUR DESA
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas, dan batas yang merupakan
lingkungan geografis setempat.
Penduduk adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Penduduk adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan
warga desa. Jadi menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat desa (rural
society).
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan.
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan.
Unsur daerah, penduduk dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup
atau “Living Unit”.
Unsur lain yang termasuk unsur desa yaitu, unsur letak. Letak suatu desa
pada umumnya selalu jauh dari kota atau dari pusat keramaian. Unsur letak
menentukan besar-kecilnya isolasi suatu daerah terhadap daerah-daerah lainnya.
2.3.9 FUNGSI DESA
fungsi
desa adalah:
1. Desa yang merupakan
hinterland atau daerah dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberian bahan
makanan pokok.
2. Desa ditinjau dari sudut pemberian
ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja yang tidak
kecil artinya.
3. Desa dari segi kegiatan
kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa
nelayan, dll.
2.3.10 PERBEDAAN MASYARAKAT KOTA DAN MASYARAKAT
PERKOTAAN
1. Lingkungan
Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat
dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di
desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan
penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
2. Pekerjaan
atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah
bertani tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa
daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
3. Ukuran
Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
4. Kepadatan
Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan dgn
kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya
berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
5. Homogenitas
dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis,
bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa
bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya
heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa,
penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi
Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg
tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
7. Pelapisan
Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida
terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas
menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian
yang telah di paparkan dalam makalah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Mengingat definisi-definisi masyarakat
tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus
mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
a) Harus
ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
b) Telah
bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu.
c) Adanya aturan-aturan atau undangan-undangan
yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
2. Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya
terisolasi dari kota.
3. Pada hakikatnya masyarakat pedesaan adalah masyarakat
pendukung seperti sebagai petani yang menyiapkan bahan pangan, sebagai PRT atau
pekerjaan yang biasanya hanya bersifat pendukung tapi terlepas dari itu
masyarakat pedesaan banyak juga yang sudah berpikir maju dan keluar dari
hakikat itu.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar