BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada pembahasan kali
ini, saya akan membahas tentang bagaimana para pemuda bersosialisasi. Masalah
pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi
dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah-masalah pemuda ini
disebabkan sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyesuaian diri
dengan situasi yang baru dan timbulah harapan setiap pemuda karena akan
mempunyai masa depan yang baik daripada orang tuanya. Proses perubahan itu
terjadi secara lambat dan teratur (evolusi). Mahasiswa dapat digolongkan
sebagai pemuda. Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang
lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat
tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh
pendidikan.
1.2 TUJUAN
Tujuan pembahasan
masalah ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana pengertian dari pemuda,
bagaimana pengertian dari sosialisasi dan Internalisasi pemuda. Dan bagaimana
gambaran pemuda dengan identitas dirinya.
1.3 PERUMUSAN MASALAH
· Internalisasi
Belajar dan Spesialisasi
-Menjelaskan pengertian pemuda
-Menjelaskan pengertian sosialisasi
-Menjelaskan internalisasi belajar dan sosialisasi
-Menjelaskan proses sosialisasi
-Menjelaskan peranan sosial mahasiswa dan pemuda di
masyarakat
· Pemuda
dan Identitas
-Menjelaskan pola dasar pembinaan dan pengembangan
generasi muda
-Menjelaskan 2 pengertian pokok pembinaan dan
pengembangan generasi muda
-Menuliskan masalah-masalah generasi muda
-Menyebutkan potensi-potensi generasi muda
-Menyebutkan tujuan pokok sosialisasi
· Perguruan
dan Pendidikan
-Mengembangkan potensi generasi muda
-Menjelaskan pengertian pendidikan dan perguruan
tinggi
-Memberikan alasan untuk berkesempatan mengenyam
pendidikan tinggi
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
2.1.1 PENGERTIAN PEMUDA
Secara hukum
pemuda adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu manusia
yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan
fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh
yang ditandai dengan mimpi basah bagi pria biasanya pada usia 11 – 15 tahun dan
keluarnya darah haid bagi wanita biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda adalah
suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan,
terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda
diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan
generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam
masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang
strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya.
2.1.2
PENGERTIAN SOSIALISASI
Pengertian sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu
yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan
lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu
proses di mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan – internalize)
norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena
pada awal kehidupan tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat
berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami
norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami
norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga
masyarakat yang baru.
2.1.3 INTERNALISASI, BELAJAR, DAN
SPESIALISASI
Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada
dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu
melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada
norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses
norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan
tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma
tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi
(mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan
pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak
dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap
dari tidak tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan
maupun di lembaga pendidikan.
Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau
diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang
dan lama.
2.1.4 PROSES SOSIALISASI
Proses sosialisasi adalah cara-cara berhubungan orang perseorang dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem, serta
bentuk-bentuk hubungan. Atau sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi
kehidupan bersama yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Menurut Prof. Dr.
Soerjono Soekamto di dalam Pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan
kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi
antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik
yang saling berhadapan antara satu sama lain tidak dapat menghasilkan suatu
bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat
disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial
karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu
individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.
Ada 2 teori proses sosialisasi yang paling umum digunakan, yaitu teori
Charles H. Cooley dan teori George Herbert Mead.
Teori Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan menghasilkan konsep diri (self concept). Proses pembentukan konsep diri ini yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
Teori Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan menghasilkan konsep diri (self concept). Proses pembentukan konsep diri ini yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
” Seorang anak membayangkan bagaimana dia di mata orang lain.”
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling
pintar karena sang anak memiliki prestasi dan sering menang di berbagai lomba.
“Seorang anak membayangkan bagaimana orang lain menilainya.”
Dengan perasaan bahwa dirinya hebat, anak membayangkan pandangan orang lain
terhadap dirinya. Ia merasa orang lain selalu memujinya, selalu percaya pada
tindakannya. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Misalnya, orang tua selalu memamerkan kepandaiannya.
“Apa yang dirasakan anak akibat penilaian tersebut”
Penilaian yang positif pada diri seorang anak akan menimbulkan konsep diri
yang positif pula.
Semua tahap di atas berkaitan dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang
akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya.
Jika seorang anak di beri label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan
peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, meskipun
penilaian itu belum tentu benar.
2.1.5 PERANAN SOSIAL DAN MAHASISWA DAN
PEMUDA DALAM MASYARAKAT
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan
peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa
karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada
saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan
menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi
dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental
instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi
kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos
kerja jadi lemah.
Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif.
Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif.
Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda
dan mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta
karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di
kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
2.2 PEMUDA DAN IDENTITAS
2.2.1 POLA DASAR PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang
turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-banar menggunakan
sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh, dan terpadu
serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :
1) Landasaan idiil : Pancasila
2) Landasaan konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
3) Landasaan strategis : Garis-garis Besar Haluan Negara
4) Landasaan historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan
17
Agustus 1945
5) Landasaan normatif : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup
dalam masyarakat.
2.2.2 DUA PENGERTIAN POKOK PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Dua pengertian pokok pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah :
a.
Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan
adalah mereka yang telah memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi
bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b.
Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan
adalah mereka masih memerlukan bimbingan yang mengarah kan kepada pertumbuhan
potensi menuju ke tingkat yang maksimal dan belum dapat mandiri secara
fungsional di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan
nasional.
2.2.3 MASALAH MASALAH GENERASI MUDA
Berbagai
permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
a. Dirasa menurunnya jiwa idealisme,
patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi
muda.
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi
muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi
muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun
non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai
sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga
merugikan seluruh bangsa.
d. Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja
serta tingginya tingkat pengangguran /setengah pengangguran di kalangan
generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan
memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan
hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan
generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan
kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
f. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur,
terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi
perkawinan dan kehidupan keluarga.
h. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk
penyalahgunaan narkotika.
i. Belum adanya peraturan perundangan yang
menyangkut generasi muda.
2.2.4 POTENSI POTENSI GENERASI MUDA
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
a.
Idealisme dan daya kritis
b.
Dinamika dan kreatifitas
c.
Keberanian mengambil resiko
d.
Optimis dan kegairahan semangat
e.
Sikap kemandirian dan disiplin murni
f.
Terdidik
g.
Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h.
Patriotisme dan nasionalisme
i.
Sikap kesatria
j.
Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
2.2.5
TUJUAN POKOK SOSIALISASI
• Individu harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat
•
Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan
kemampuannya
•
Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat
•
Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan
pokok ada
2.3 PERGURUAN
DAN PENDIDIKAN
2.3.1 MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para
mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai
motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan
yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada
teknologi mereka sendiri. Untuk mengembangkan ide-ide / gagasan-gagasan itu,
Institut Teknologi Maschussets (MIT) Universitas Oregon dan Universitas
Carnegie Mellon (CMU), telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima
tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas dalam
program-program belajar dan membaharu dalam wadah Nasional Science Foundation
(NSF), di masing-masing pusat inovasi universitas-universitas tersebut. Hasil
yang dicapai proyek itu : Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan
baru telah dipasarkan dan menciptakan hampir 800 pekerjaan baru, dan memperoleh
hasil penjualan sebesar $46,5 juta (Kingsbury. Louise, 1978:59) [3].
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di
negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih
payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa
negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang
berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia unrtuk mengembangkan potensi tenaga muda
agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas
tinggi.
2.3.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN
PERGURUAN TINGGI
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam , sering
kali lebih mendalam dari yang disadari mereka , walaupun pengajaran anggota
keluarga berjalan secara tidak resmi.
PENDIDIKAN DASAR : Pendidikan dasar merupakan
jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah
anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
PENDIDIKAN MENENGAH : Pendidikan
menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
PENDIDIKAN TINGGI : Pendidikan
tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
PERGURUAN TINGGI adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi.
Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga
pendidik perguruan tinggi disebut dosen.
Menurut jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi 2 :
1.
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang
pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh Negara
2.
Perguruan tinggi swasta, adalah perguruan tinggi yang
pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta
2.3.3
ALASAN UNTUK
BERKESEMPATAN MENGENYAM PENDIDIKAN TINGGI
Pembicaraan tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan
mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting , karena berbagai alasan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka
mahasiswa mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana
dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata
pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah
kenegaraan dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah di paparkan dalam makalah ini,
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
a.
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam –
macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena
pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan
perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet
pembangunan.
b. Pola
pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut
serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-banar menggunakan sebagai
pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh, dan terpadu serta
dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
c.
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat
mendalam , sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka , walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
DAFTAR
PUSTAKA
5.http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/11/bab-ii-pengertian-dan-unsur-unsur-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar