Senin, 18 Januari 2016

KRITIK ARSITEKTUR





Kawasan Jl. Margona Raya Depok merupakan kawasan yang menjadi landmark kota Depok. Pada Kawasan Jl.Margona Raya Depok  ini, setiap orang menuju ke pusat kota hampir dipastikan melewati Jl. Margona Raya Depok. Jl.Margona Raya Depok cukup strategis karena dapat dicapai oleh segallapisan masyarakat darberbagasarantransportasi. Berbagakegiatan masyarakat.
Sebagian pedestrian digunakan untuk kegiatan selain pejalan kaki dan masih ada tersisa ruang untuk pejalan kakiNamun di Jl. Margona Raya Depok terdapat kecenderungan pejalan kaki tidak menggunakan jalur pedestriantersebut untuk sirkulasi dan memilih berjalan di badan jalan dan jalan raya. Adanya berbagai macamasalah tersebutsehingga aktivitas yang ada tidak berjalan seperti semestinya
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan fungsi dan kenyamanan jalur pedestrian dan polaperilaku pejalan kaki di Jl. Margona Raya Depok. Analisis datmenggunakan analisis kualitatif yang digunakan untukmenjelaskan hasil survey yang dilakukan di Jl. Margona Raya Depok dengan hasil tinjauan pustaka tentang jalurpedestrian.
Hasil penelitian penunjukkan bahwa ternyata jalur pedestrian di Jl. Margona Raya Depok apabila ditinjau dari fungsi dan kenyamanan sudah tidak sesuai lagi dengan teoryang ada. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas lain yangmenggunakan jalur pedestrian tersebut selain untuk aktivitas berjalan. Jalur pedestrian sebenarnymerupakan ruangterbuka yang seharusnya digunakan untuk aktivitas berjalan untuk pejalan kaki sehingga tidak  akan  merubah  pola perilaku  pejalan  kaki  dalam  menggunakan  jalur  pedestrian tersebut.



KRITIK TYPIKAL
Definisi
Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.

Hakikat Metode Kritik Typical
o    Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian teoritikus dan sejarawan arsitektur karena desain menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi)
o    Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, fungsi (utility) dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah terstandarisasi dan terangkum dalam satu typologi
o    Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller : Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
o    March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
o    Typical Criticsm diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik

Elemen Kritik Typical
o    Struktural
(Struktur) Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang sama.
o    Jenis bahan
o    Sistem struktur
o    Sistem Utilitas dan sebagainya.
o    Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
o    Kebutuhan pada ruang kelas
o    Kebutuhan auditorium
o    Kebutuhan ruang terbuka dsb.
o    Form (Bentuk)
o    Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
o    Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
o    Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.
Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard : Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia. Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

Contoh Analisis Bangunan yang Menggunakan Metode Kritik Typikal
1.      Obyek yang dianalisis : Depok Town Square
Bangunan pembanding sejenis      : Cilandak Town Square


Depok Town Square (Detos)


Cilandak Town Square (Citos)
Depok Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan Margonda Raya, Depok. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk berbelanja bagi penduduk yang bermukim di Depok.
Cilandak Town Square adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di daerah Cilandak. Tempat ini merupakan salah satu tempat tujuan untuk berbelanja bagi penduduk yang bermukim di daerah Jakarta Selatan.
Dalam hal ini Citos merupakan salah satu Town Square pertama yang berdiri di kota Jakarta dan telah banyak menginspirasi bangunan publik sejenisnya dalam hal perancangan arsitekturnya. Maka dari itu dengan menggunakan metode kritik tipikal akan dibandingkan kedua bangunan public sejenis ini dengan parameter yang disediakan sehingga dapat diketahui apakah Detos sudah memenuhi standar untuk menjadi sebuah Town Square di kota Depok.
o    Keterangan :
Detos : Depok Town Square
Citos   : Cilandak Town Square
o    Elemen Struktur :
o    Jenis Bahan;
o    -Detos :
Fasad bangunan        : kaca, beton dan besi
Struktur                     : kolom dan balok beton
Plat Lantai                 : keramik marmer
o    -Citos :
Fasad bangunan        : kaca dan beton
Struktur                     : kolom dan balok beton
Plat Lantai                 : plat beton dengan finishing cat


Interior Depok Town Square


Interior Cilandak Town Square
o    Sistem Struktur
Detos  : kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
Citos    : kolom dan balok beton dengan pondasi tiang pancang
o    Sistem Utilitas
Detos  : sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac, listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar.
Citos    : sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac, listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar hanya saja kebersihan dan keterawatannya jauh lebih baik dari Detos.
o    Fungsi Bangunan
Detos  : Bangunan komersial yang lebih mengarah ke pusat perbelanjaan. Oleh karena itu Detos memiliki banyak kios-kios untuk disewakan dibandingkan dengan Citos.
Citos    : Bangunan komersial yang lebih mengarah ke tempat hang-out(berkumpul). Memiliki banyak cafe dan restoran dengan konsep interior yang baik.
o    Bentuk Bangunan
Detos  : Bentuk bangunan terlihat masif dan perancangannya lebih mengutamakan space untuk ruang dalam yang luas(memaksimalkan lahan untuk bangunan). Untuk memberikan efek modern dan asimetris pada fasad diberikan bentukan-bentukan yang unik dengan menggunakan material  yang bervariasi baik warna dan jenisnya.


Fasad Depok Town Square
Citos    : Bentuk bangunan memanjang (linier) dan lebih mengutamakan perancangan ruang terbukanya, perancangan interior terlihat lebih terbuka dan sadar lingkungan dengan banyaknya teras dan balkon serta awning polikarbonat yang memberikan pencahayaan alami ketika siang hari.


Fasad Cilandak Town Square
Kesimpulan
Dari hasil analisis dengan metode tipikal didapat hasil bahwa bangunan Detos sudah cukup memenuhi kriteria untuk menjadi bangunan publik berdasarkan cukup banyaknya hasil yang sama dari parameter yang dijadikan standar. Citos sebagai bangunan Town Square yang pertama ada di Jakarta telah memberikan inspirasi bagi Depok Town Square untuk mengadopsi nilai-nilai dalam perancangan sebuah Town Square. Ada pun yang masih perlu diperhatikan adalah perancangan ruang terbuka harus diperhatikan agar kesan Town Square semakin terlihat.
Kelebihan Kritik Typikal
o    Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu
o    Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
o    Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi
o    Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
o    Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain

Kekurangan Kritik Typikal
o    Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
o    Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
o    Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
o    Tidak memeiliki pemikiran yang segar
o    Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

Akibat yang Ditimbulkan Kritik Typikal
o    Munculnya Semiotica dalam arsitektur, satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk PSEUDO THEORITIC
o    Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
o    Banyak penelitian yang mengarah pada hanya sekadar penampilan bentuk bangunan
o    Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan yang bersifat individual.
o    Munculnya satu bentuk tipikal arsitektur yang eternal dan menguasai daya kreasi perancang
o    Lahirnya periode historis suatu konsep menjadi sebuah paham yang bersifat kolektif



sumber : 
file:///D:/tugas/kritik%20arsitektur/kritik%20typikal.pdf
http://www.depoknews.id/margonda-depok/