Sabtu, 21 Desember 2013

IKLIM DALAM ARSITEKTUR


Pada proses perancangan arsitektur, disamping faktor manusia dan kebutuhan akan material bangunan, faktor iklim juga memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu perancangan bangunan. Keadaan iklim yang bervariasi di bumi ini menghadirkan gaya, langgam, sifat dan bentuk arsitektur yang berbeda/beragam.

PEMBAGIAN IKLIM

Pembagian iklim dalam arsitektur sangat berkaitan dengan faktor kenyamanan (comfort) dalam kaitan interaksi pemakai dan bangunan.
Dalam hal ini iklim dapat dibagi menjadi 4 katagori utama, yaitu:
  • ·         Iklim Dingin (sejuk)

Iklim ini ditandai oleh rendahnya panas dari radiasi matahari akibat sudut matahari yang rendah. Suhu udara rata-rata 15 0C dibawah nol (-60 0 s/d -70 0F) dan sering dibarengi dengan sejumlah besar hujan. Kelembaban relatif tinggi selama musim dingin.
  • ·         Iklim Moderat (sedang)

Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan dan dingin yang berlebihan pula, namun tak begitu kontras. Suhu rata-rata pada musim dingin 15 0C dibawah nol dan suhu terpanas sekitar 250C.
  • ·         Iklim Panas Lembab

Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan serta banyak uap air. Suhu rata-rata diatas 20 0C dengan kelembaban relatif sekitar 80% - 90%.
  • ·         Iklim Panas Kering

Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan, kurangnya uap air dan udara kering. Suhu udara rata-rata 25 0C, suhu terpanas dapat mencapai 45 0C, sedangkan suhu terdingin dapat mencapai 10 0C disertai dengan kelembaban relatif yang sangat rendah.
Melihat pentingnya pengaruh iklim dalam perencanaan bangunan, maka perlu untuk melakukan pembahasan yang lebih khusus tentang iklim.
Pembahasan iklim sebagai sebuah topik khusus dengan cakupan yang cukup luas ini bertujuan untuk:
1.    Memperdalam pengertian sifat dan tabiat dari ”shelter” atau tempat manusia melakukan aktivitasnya dalam usaha menanggulangi pengaruh iklim.
2.       Memperdalam pengertian “lingkungan makro” (macro environment) dengan parameter-parameter yang mempengaruhi lingkungan tersebut beserta prinsip-prinsip untuk mencapai “lingkungan mikro” (micro environment) yang sesuai untuk penghuninya.
3.   Lebih memberi keyakinan ilmiah pada bentuk (form) sebagai produk akhir dari karya arsitektur. Sehingga bentuk dalam arsitektur tidak hanya estetis, tapi juga logis.
4.       Mempelajari dan menilai keadaan bangunan yang telah ada 

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada perancangan arsitektur ditinjau dari iklim antara lain :
1.       Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari, angin, dan sistem jalur jalan.
2.       Karakteristik material bangunan terhadap iklim.
3.       Penerangan sekeliling bangunan.
4.       Letak, luas permukaan pada sisi bangunan.
5.       Tinggi bangunan.
6.       Prosentasi luasan penghijauan. Kepadatan bangunan.

Sistem Penghawaan

Ada 2 prinsip utama dalam penghawaan bangunan guna mencapai lingkungan yang sesuai untuk penghuninya, yaitu penghawaan alam dan buatan. Penghawaan alam pada dasarnya memanfaatkan aliran angin guna pergantian udara pada ruang dalam bangunan.

Aliran angin dapat terjadi melalui dua proses, yaitu :
1.       Perbedaan tekanan pada dua tempat
2.       Perbedaan suhu udara pada dua tempat

Penghawaan alam pada dasarnya tergantung pada tenaga angin, maka perancangan penghawaan alam untuk suatu ruangan dalam merupakan usaha untuk merancang:
1.       Sistem pembukaan
2.       Luas pembukaan
3.       Letak pembukaan

Sedangkan aliran udara di luar sebelum masuk ke dalam ruangan sangat dipengaruhi oleh :
1.       Sistem lay out kelompok bangunan
2.       Sistem orientasi utama bangunan
3.       Elemen lansekap 

Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka denganjarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi silang.


A.  Ventilasi Silang
Ventilasi silang ialah penghawaan dalam ruangan melalui dua lubang ventilasi yang saling berhadapan. Lubang pertama untuk masuknya udara sedangkan kedua untuk udara keluar. Penggunaan ventilasi silang tidak sepenuhnya tergantung pada jumlah pergantian udara di dalam ruangan, namun lebih tergantung pada kecepatan angin. Kriteria untuk kondisi ventilasi yang baik ditentukan oleh tipe pemakaian ruang dan iklim setempat. Untuk mencapai distribusi aliran udara yang baik, maka sebaiknya sudut angin datang ialah 45 0 – 60 0 terhadap bidang dinding muka. Elemen penangkap angin, misalnya sirip vertical dapat membantu mempercepat aliran angin ke dalam ruangan. Hal ini disebabkan adanyabenturan angin yang secara aerodinamika dapat menghasilkan kecepatan tambahan.

B.   Bentuk Bangunan dan Orientasi
Orientasi bangunan terhadap arah aliran angin perlu sekali mendapat perhatian, termasuk untuk bangunan tinggi. Hal ini disebabkan karena pada permukaan yang semakin tinggi kecepatan angin semakin tinggi pula dan elemen-elemen penghambat angin seperti pohon sudah tak berfungsi lagi.
Angin bergerak pada umumnya akan mengikuti kontur permukaan yang melengkung, sudut tajam atau permukaan yang kasar akan menyebabkan angin menjadi terpisah. Untuk kecepatan angin yang cukup tinggi/kencang, maka bentuk yang dinamis dan orientasi yang benar perlu sekali dalam perancangan arsitektur.

C.   Pembayangan Matahari
Pada perancangan bangunan yang berkaitan dengan panas yang ditimbulkan oleh matahari, perancang sering memanfaatkan pembayangan sinar untuk mengurangi panas yang diterima oleh bangunan. Pemanfaatan pembayangan merupakan cara yang efisien untuk mengurangi beban panas, walaupun hambatan panas dapat dikontrol dengan perancangan luas permukaan. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pembayangan sinar matahari adalah:
1.       Mampu mengontrol hantaran panas
2.       Jumlah sinar masuk yang diperlukan untuk penerangan malam
3.       Kesilauan yang terjadi

Sudut pembayangan sinar matahari berubah pada setiap saat, tergantung pada posisi matahari. Oleh karena itu ada juga nacam pembayangan, yaitu :
1.       Pembayangan vertical
2.       Pembayangan horizontal
3.       Kombinasi pembayangan vertical dan horizontal

Untuk mendapatkan suatu hasil perancangan arsitektur yang maksimal terhadap pembayangan sinar matahari, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
1.   Pembayangan akan lebih efisien apabila berada disebelah luar dari bangunan dibandingkan dengan sebelah dalam.
2.       Pembayangan luar efisien apabila mempunyai warna gelap.
3.       Pembayangan dalam efisien apabila memiliki warna yang lebih terang.
4.       Pemakaian pembayangan dalam bangunan akan menyebabkan penambahan panas apabila warna gelap.
5.  Pembayangan matahari sebaignya menggunaikan material yang mempunyai kapasitas thermis yang rendah, agar cepat dingin setelah matahari terbenam, sehingga tidak merambatkan panas kedalam bangunan.
6.      Pembayangan matahari tidak selalu sirip vertical dan horizontal atau keduanya bersama, namun ide self shading juga merupakan suatu potensi rancangan arsitektur, sehingga bentuk bangunan lebih dapat memberikan arti.

Sumber :
·         Djelantik, Bahan Kuliah, Iklim dan Arsitektur, Surabaya Reproduksi Arsitektur ITS
·         Setyo Soetiadji Soepadi (1997), Anatomi Utilitas, Djambatan, Jakarta



1 komentar:

  1. Bagaimana cara mudah mengetahui arah datang angin ? Terima kasih

    BalasHapus